Hamba yang “takut” ditolak

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus. Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.

Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.” …

1 Korintus 9:24-27 – 10:1-7 (TB)

🤔 Sesuatu yang saya terpikirkan ketika melakukan pembacaan 1 Korintus 9:24-…

Kalau seorang anak, mendapati bahwa orang tuanya baik kepada anaknya, anak ini akan berpikir kalau semuanya baik-baik saja. Mungkin kita juga kadang berpikir seperti ini. Ketika hidup kita baik-baik saja, pelayanan diberkait, banyak mengalami ‘kemujuran’ … kita akan masuk kedalam keadaan “saya baik-baik saja … aku dan Tuhan baik-baik saja” dan melengahkan kita dari pergumulan hidup dalam menjaga hidup suci di hadapan Tuhan.

Saya tidak menemukan banyak orang yang Tuhan pakai seperti Rasul Paulus. Rasul Paulus adalah seorang hamba yang sangat dipakai oleh Tuhan, tapi ia sendiri menyadari kerapuhan dia sebagai manusia sehingga ia harus dengan serius begumul melatih tubuhnya — mengerjakan hidupnya, supaya jangan sampai dia sendiri ditolak. Ia mengingatkan, bahwa Israel pun diberkati dengan pernyataan hadirat Tuhan yang begitu spektakuer, namun Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka.

(Semoga cuma saya, tapi) sering kali orang Kristen ketika membaca alkitab menempatkan bangsa Israel seperti tokoh jahat. Bangsa yang bebal, tidak tahu terima kasih, menolak Tuhan Yesus, … Kemudian menempatkan diri kita — orang yang percaya Tuhan Yesus — sebagai the good guys. Tapi sebenernya, keadaan kita itu tidak jauh dari keadaan bangsa Israel. Keadaan dimana kita bangga menjadi orang Kristen, dan kita adalah orang-orang yang yang diselamatkan, biji mata Tuhan, milik kepunyaan Allah, dan mengecilkan pergumulan kita sebagai orang Kristen atau bahkan melupakan bahwa sebenarnya, masih banyak hal dan pergumulan yang harus kita dikerjakan dalam hidup ini. Sehingga, orang yang berpikir segala pelayanan dan kebaikan yang dikerjakan bisa memberikan “jaminan” hidupnya diselamatkan, merenungkan bagian ini. Bukan untuk meragukan keselamatan itu sendiri, tapi untuk mengerjakannya dengan gentar.

Diterbitkan oleh

Tinggalkan komentar