Orang Berdosa yang Dikasihi

Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.

Mat 18:12-14

Hari ini, saya bertemu dengan sepasang suami istri, sebuah keluarga dengan 2 anak. Mereka sedang berada dalam kesulitan ekonomi yang sangat. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan, tapi bersyukur mereka lari kepada Tuhan.

Mendadak, tekun dalam doa. Dalam keadaan sulit, belajar senantiasa bersyukur untuk segala hal yang dimiliki, berusaha bersaksi akan segala kemurahan Tuhan akan hidup mereka. Karena walau dalam keadaan ekonomi yang sulit, mereka masih memiliki cukup berkat untuk bisa hidup sampai saat ini.

Mengagumkan sekali, bagaimana permasalahan bisa mendorong seseorang mendekat kepada Tuhan.

Pada akhirnya saya melihat, permasalahan bukanlah sesuatu yang buruk. Berkat sering kali membuat kita lupa kepada Tuhan, tapi masalah seringkali mengingatkan kita betapa rapuhnya hidup kita, tak dapat berjalan sendiri tanpa pertolonganNya.

Begitu juga dosa. Jika kita merasa diri baik, merasa segala diberkati, rasanya itu adalah keadaan dimana kita perlu waspada. Karena disaat itulah seringkali kita lengah. Karena merasa baik, biasanya orang cenderung tolerir dengan dosa.

Berbeda dengan orang senantiasa menyadari bahwa dirinya masih banyak kekurangan, senantiasa perlu bimbingan Tuhan. Sikap kesehariannya, sikapnya dalam doa, tentunya berbeda. Ia akan datang kepada Tuhan dengan rendah hati. Datang kepada Tuhan bukan karena rutinitas, tapi karena sesuatu yang dibutuhkan jiwanya. Ingat kisah orang farisi & pemungut cukai yang berdoa?

Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Luk 18:9-14

Jadi, apakah memang seharusnya kita cari masalah? Tentu tidak! Tapi tapi ingatkan senantiasa segala hal yang kita miliki saat ini, sampai kepada hal terkecil sekalipun yang kita miliki. Bayangkan kalau suatu kali kita kehilangan hal tersebut. Belajarlah bersyukur untuk itu. Apakah kita harus dibiarkan untuk kehilangan, lalu kita bisa belajar bersyukur? (lebih baik jangan)